Risalah Tak Terpisahkan Masjid Al Aqsa dengan Momentum Isra Miraj

masjid

Jakarta – Masjid Al Aqsa, masjid di Yerusalem yang terletak di Kota Tua di titik akhir perjalanan Isra Miraj Nabi Muhammad SAW.

Al-Isra’ wal-Mi’raj (Perjalanan Malam dan Kenaikan) adalah mukjizat yang kedua setelah turunnya Al Qur’an, dan oleh karena itu penting bagi kita untuk tidak membiarkan malam ini berlalu begitu saja tanpa merenungkan pelajaran dan maknanya.

Banyak dari kita yang hanya mengetahui kisah dasar dari Al-Isra’ wal-Mi’raj – bahwa Nabi Muhammad SAW dipindahkan dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa, dari mana beliau naik ke surga.

Faktanya, ada banyak perhentian di sepanjang perjalanan yang luar biasa ini, dan kisahnya penuh dengan keajaiban dan mukjizat.

Al-Isra’ wal-Mi’raj terjadi pada saat Nabi Muhammad saw. menghadapi kesulitan dan penderitaan yang luar biasa. Kaum Quraisy, yang merupakan suku dan keluarganya, terus-menerus mengejek, menghina, dan menindas Nabi (saw) dan para pengikutnya. Terlebih lagi, Nabi (saw) baru saja menghadapi Tahun Kesedihan (‘Aam al-Huzn), di mana beliau (saw) kehilangan istri tercintanya, Khadijah (ra), dan pamannya, Abu Thalib, yang merupakan pelindung dan sekutunya.

Selain semua beban ini, ketika Nabi (saw) melakukan perjalanan ke Ta’if untuk menyebarkan pesan Islam, orang-orang Ta’if telah menolaknya dengan cara yang paling kejam, mengirim anak-anak mereka ke jalan-jalan untuk melempari beliau dengan batu sampai beliau meninggalkan kota.

Setelah melalui begitu banyak kesedihan dan penderitaan, Nabi Muhammad (saw) diberi hadiah yang benar-benar indah dan menghibur. Beliau tidak hanya dibawa ke Tempat Suci dan melintasi langit, tetapi pada akhirnya ke Hadirat Ilahi, sumber dari segala kenyamanan dan harapan. Oleh karena itu, salah satu pelajaran terpenting dari Al-Isra’ wal-Mi’raj adalah bahwa ‘sesungguhnya bersama setiap kesulitan itu ada kemudahan’ (Al-Qur’an  94: 5).

Dari Ka’bah ke Al Aqsa

Ketika Nabi sedang tidur di rumah Ummu Hani di Mekkah, beliau berkata, ‘atap rumahku terbuka dan Malaikat Jibril turun’ (Bukhari). Para ulama yang mengkompromikan berbagai riwayat, mengatakan bahwa Nabi Muhammad SAW kemudian dibawa ke Hijr, dinding setengah lingkaran Ka’bah, di mana Nabi berkata bahwa Jibril, ‘membuka dadaku, dan mencucinya dengan air Zamzam. Kemudian dia membawa nampan emas yang penuh dengan kebijaksanaan dan iman, dan setelah menuangkan isinya ke dalam dadaku, dia menutupnya’. [Bukhari].

Nabi melanjutkan, “Saya kemudian dibawakan seekor binatang putih yang disebut al-Buraq [dari kata Arab barq, yang berarti petir]. Lebih besar dari keledai dan lebih kecil dari bagal. Langkahnya sepanjang mata memandang.” (HR. Muslim).

Diriwayatkan oleh Anas, RA bahwa Buraq adalah, “Dipakaikan pelana dan tali kekang, tetapi ia menghindar dari beliau.” Maka Jibril berkata kepadanya, “Apakah dari Muhammad SAW engkau melakukan hal ini? Karena tidak ada seorang pun yang menunggangimu yang lebih dimuliakan oleh Allah daripada dia!” Dia berkata, “Kemudian dia mulai berkeringat dengan deras”. (HR. Tirmidzi).

Di beberapa titik di sepanjang perjalanan, Jibril (as) menghentikan Buraq dan mengatakan kepada Nabi (saw), ‘Turunlah dan salatlah’. Perhentian pertama adalah di ‘tempat hijrah’ yaitu Madinah – dan segera setelah malam itu, Nabi (saw) akan bertemu dengan kaum Anshar dan berhijrah ke Madinah. Perhentian kedua adalah di Gunung Sinai, di mana Allah (swt) mewahyukan Taurat kepada Nabi Musa (as). Perhentian ketiga adalah di Betlehem, tempat Nabi Isa (as) dilahirkan.

Perhentian keempat adalah kuburan Musa (as), “Aku melewati Musa (as) pada malam perjalanan malamku di dekat bukit pasir merah ketika ia berdiri berdoa di kuburannya” (Muslim). Kita tahu bahwa kuburannya terletak, ‘sepelemparan batu’ dari tanah suci Masjid Al-Aqsa yang diberkati (Bukhari). Kejadian ini dengan jelas menunjukkan kepada kita sebuah contoh dari apa yang Rasulullah (saw) katakan tentang para Nabi (as) setelah mereka meninggal dunia bahwa, “Para Nabi hidup di dalam kubur mereka sambil berdoa” (Abu Ya’la).

Akhirnya, Rasulullah tiba di kota suci Al-Quds (Yerusalem) dan beliau bersabda, “Ketika kami sampai di Baitul Maqdis (secara harfiah berarti ‘rumah suci’, nama lain dari Masjid Al Aqsa yang penuh berkah), Jibril menunjuk dengan jarinya hingga menimbulkan retakan pada batu, lalu dia mengikatkan Buraq padanya (di dinding barat tempat suci yang mulia)” (HR. Tirmidzi). Menunggu di dalam adalah 124.000 Nabi (as). Jibril (as) menuntun Nabi (saw) ke depan, dan beliau, Nabi Muhammad SAW memimpin mereka semua dalam salat di tempat yang diberkahi ini.

sumber: https://ramadan.tempo.co/read/1831213/risalah-tak-terpisahkan-masjid-al-aqsa-dengan-momentum-isra-miraj